Bus Transjakarta berjalan lambat, selambat pasangan pengantin yang hendak menuju ke pelaminan. Saya mendesah kesal, tak sabar, dan berkali-kali melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan. Biasanya di pukul setengah delapan saya sudah hampir tiba di halte busway Karet, namun kini bis masih berkutat di sekitar Gelora Bung Karno. Penasaran, saya pun melongokkan kepala ke jalanan di depan mencari tahu penyebabnya. Sederetan mobil pribadi tampak masuk ke dalam jalur busway yang biasanya steril. Tak heran bis berjalan seperti keong!
Hingga kini saya masih tak habis pikir bagaimana mungkin, hari gini, masih ada segelintir makhluk egois yang sibuk terpusat dengan dirinya sendiri, dengan kenyamanan dirinya pribadi tanpa memperdulikan kepentingan umum. Saat kami penumpang Transjakarta berdiri dan berdesakan di dalam bis, mereka dengan nyamannya berada di dalam mobil, mendengarkan musik dan mungkin tertawa-tawa ketika sukses menyerobot jalur busway tanpa tertangkap oleh petugas. Mungkin mereka sibuk membanggakan diri ketika tiba di ujung dengan selamat tanpa terkena tilang. Swear! Betapa saya sibuk berdoa semoga polisi muncul dan mengganjar mereka dengan denda yang besar, namun sialnya di pagi ini tak satupun petugas kepolisian ada di sepanjang jalan Sudirman. Doa saya tidak dikabulkan.