Jika musim penghujan seperti ini daun kencur mulai bermunculan di pasar Blok A didekat rumah. Sayuran ini hadir hanya setahun sekali, bahkan terkadang tidak pernah muncul sama sekali. Tahun lalu si daun kencur absen dari pasar, tapi tahun ini dengan curah hujan yang melimpah, mereka mulai banyak dijajakan penjual sayuran. Saya suka aromanya yang harum segar dan teksturnya yang crunchy, untuk rasanya sama seperti umbi kencur umumnya. Bagi penggila rempah dan sayuran maka daun kencur banyak diburu, saya bahkan harus datang ke pasar dipagi hari sekali karena jika waktu bergeser sedikit ke siang maka sayuran ini telah ludes terjual.
Terus terang baru di Jakarta lah saya menemukan daun kencur dijual dalam ikatan selayaknya daun kemangi atau kangkung. Seumur-umur tinggal di Paron, kampung halaman, atau di Jogya ketika dulu bertahun-tahun kuliah disana, saya belum pernah melihat daun rempah ini dijual seperti ini. Saya tahu daun kencur sedap disantap di dalam urap. Ibu saya dulu sering menambahkan ulekan daun kencur ke dalam bumbu, tapi porsinya sangat sedikit, hanya beberapa lembar saja, itupun dari hasil menanam umbi kencurnya sendiri dibelakang rumah. Tapi kini, si daun kencur menjadi tokoh utama di dalam semangkuk besar urap, dan saya susah berhenti menyantapnya. 😁