"Nduk, Mama kepengen bikin nastar. Kalau liburan buatin adonannya ya, nanti Mama yang bunder-bunderin," kalimat itu diucapkan Ibu saya dua minggu yang lalu, seperti biasa saat itu saya sedang berkunjung ke rumah Wiwin, adik saya. "Nastar buat siapa Ma? Ntar kalau kita makan bisa tambah gendut lho," jawab saya mengerang, teringat selama dua minggu puasa ini berat badan tidak turun satu gram pun. "Ya buat dibagi-bagi, jangan dimakan sendiri. Nanti buat Mbak Wulan satu, buat Tedy satu, buat Dimas satu," dan Ibu saya terus menyebutkan satu persatu nama-nama penerima jatah nastar yang kalau dijumlahkan menjadi lumayan banyak.
Sebenarnya membuat kue kering sama sekali tidak masuk kedalam list rencana tahun ini. Walau membuat adonan nastar bisa dilakukan dalam sekejap mata namun membentuknya menjadi kue kecil yang rapi jali membutuhkan kesabaran dan ketelatenan tingkat dewa. Tapi demi menyenangkan hati Ibu, saya pun berkata, "Ya, ntar dibuatkan adonannya, gampang kok." Walau Lebaran masih lama namun weekend lalu saya telah mempersiapkan bertoples-toples nastar dan kastangel yang semoga tidak keburu habis dimakan sendiri sebelum hari H Lebaran tiba. 😄