Pertama kali mencicipi masakan bernama 'gadon daging' ketika saya masih duduk di bangku SMP. Tepatnya di kelas dua sekolah menengah pertama di Ngawi, saat akan berangkat berdarmawisata ke Candi Borobudur. Waktu itu, di pukul empat pagi buta dengan rasa kantuk yang sedemikian kuat meraja, dan mata sepat yang sulit untuk diajak bekerja sama, kami seluruh murid kelas dua yang ratusan jumlahnya digiring masuk ke dalam bis-bis wisata yang terparkir di depan sekolah. Bu Puji, wali kelas saya saat itu, mengulurkan sebungkus makanan ini ke teman yang duduk di kursi bis di depan saya. "Gadon daging dari Bu Puji", bisik seorang teman. Kami lantas mencicipinya beramai-ramai dan menurut saya masakan itu adalah makanan terenak yang pernah saya cicipi dalam 14 tahun hidup saya.
Momen darmawisata kala SMP itu sangat kuat terpatri dalam ingatan saya hingga saat ini. Sebenarnya momen ketika saya bersekolah di salah satu SMP di Ngawi ini lah yang terpatri dengan kuat. Saya menganggapnya sebagai salah satu masa tersuram dalam hidup dan semua kisah tentangnya berusaha saya enyahkan dari ingatan. Andai otak manusia ini adalah sebuah memori komputer ingin rasanya saya menekan tombol delete berkali-kali, bahkan menghapus recycle bin-nya sekalian. Menulis kisahnya saat ini pun membuat kenangan itu kembali dan betapa inginnya saya mengambil kain pel untuk membersihkannya hingga tuntas. ^_^
Momen darmawisata kala SMP itu sangat kuat terpatri dalam ingatan saya hingga saat ini. Sebenarnya momen ketika saya bersekolah di salah satu SMP di Ngawi ini lah yang terpatri dengan kuat. Saya menganggapnya sebagai salah satu masa tersuram dalam hidup dan semua kisah tentangnya berusaha saya enyahkan dari ingatan. Andai otak manusia ini adalah sebuah memori komputer ingin rasanya saya menekan tombol delete berkali-kali, bahkan menghapus recycle bin-nya sekalian. Menulis kisahnya saat ini pun membuat kenangan itu kembali dan betapa inginnya saya mengambil kain pel untuk membersihkannya hingga tuntas. ^_^