Di Paron, kampung halaman saya, tahu yang diisi dengan aneka tumisan sayuran seperti postingan kali ini disebut dengan tahu berontak. Entah mengapa nama itu disematkan, apa hubungannya dengan berontak atau pemberontakan? Atau perlawanan? Di beberapa daerah menyebutnya dengan tahu isi, nama umum yang lebih masuk akal. Ah, saya jadi ngelantur kemana-mana, yang jelas apapun namanya, tahu ini selalu menjadi favorit saya. Apalagi jika isinya melimpah ruah sehingga tahu menjadi padat dan gendut.
Dulu ketika saya masih diawal belajar memasak di rumah Paron, tahu berontak merupakan camilan perdana yang masuk ke dalam list makanan percobaan. Walau warung gorengan dan kopi di sebelah rumah menjualnya, namun rasa penasaran selalu membawa saya membuat sendiri satu makanan yang disuka. Saat itu tak ada satupun resep tahu berontak sukses dipraktekkan, selalu dan selalu isi tahu buyar kemana-mana, keluar dari kulitnya dan mengambang di permukaan wajan. Atau kejadian paling sering adalah adonan yang bocor sehingga minyak terserap masuk ke dalam tahu, menghasilkan tahu berontak yang bukannya kaya akan rasa namun kaya akan minyak. Ketika hendak disantap, tahu diperas kuat-kuat agar minyaknya berkurang. Kacau memang, tapi saat itu membuat tahu berontak terasa super duper susah. ^_^