Entah sudah berapa kali saya mengalami patah kran air, namun kejadian dua hari yang lalu adalah yang paling berat. Kran cuci piring yang awalnya hanya meneteskan air, ketika saya putar untuk dibetulkan justru lepas dengan sukses. Besi kran yang menempel di tembok berkarat dan aus. Untung saja saluran air dari toren sudah dimatikan, jika tidak betapa hebohnya saya harus berjibaku dengan air yang menyemprot deras ke dapur. Sialnya, sebagian besi dari kran masih tertinggal didrat pipa outlet di tembok, dan jika hendak diganti dengan kran baru maka potongan besi berkarat tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu. Itu kejadian di pagi hari sebelum berangkat ke kantor, minggu lalu. Sempat terpikir hendak mengambil cuti agar seharian itu bisa membetulkannya, namun dengan hati kesal akhirnya saya tetap berangkat juga.
Sepanjang perjalanan ke kantor saya pun sibuk browsing mencari cara bagaimana mengganti kran yang patah. Sebenarnya saya bisa saja menelpon Paklik yang tinggal di Depok, namun membayangkan beliau harus jauh-jauh meluncur ke rumah hanya karena kran air sepertinya terlalu merepotkan. Lagipula apa sih susahnya mengganti kran air? Pekerjaan pertukangan bukan hanya milik kaum pria, selama ada banyak petunjuknya di internet maka kaum wanita pun bisa melakukannya juga. Pikir saya begitu pe-de.
Sepanjang perjalanan ke kantor saya pun sibuk browsing mencari cara bagaimana mengganti kran yang patah. Sebenarnya saya bisa saja menelpon Paklik yang tinggal di Depok, namun membayangkan beliau harus jauh-jauh meluncur ke rumah hanya karena kran air sepertinya terlalu merepotkan. Lagipula apa sih susahnya mengganti kran air? Pekerjaan pertukangan bukan hanya milik kaum pria, selama ada banyak petunjuknya di internet maka kaum wanita pun bisa melakukannya juga. Pikir saya begitu pe-de.