Pertama kali mencicipi makanan ini ketika dalam penerbangan ke Eropa beberapa tahun yang lalu. Maskapai dari Turki yang saya tumpangi menyediakan kondimen ini didalam menunya. Walau sudah lama tahu mengenai hummus, namun saya tidak pernah tertarik mencoba membuatnya, dan semakin tidak berminat ketika mencicipi rasanya didalam pesawat. Asam, plain dengan taste yang tidak jelas adalah pendapat saya ketika itu. Pengalaman kedua mencobanya adalah ketika makan bersama keluarga di restoran Arab bernama Abunawas di Kemang, Jakarta Selatan. Resto ini menyediakan menu makanan Arab otentik dan saya akui rasa nasi biryani, nasi mandhi dan jenis masakan lainnya sangat lezat, tapi hummus yang disajikan tidak sesuai dengan lidah saya. Anggota keluarga lainnya pun berpendapat sama, hingga akhirnya 4 piring kecil hummus yang disediakan tidak ada yang menyentuh. Saat itu saya berpendapat memang rasa hummus tidaklah seheboh seperti yang diberitakan dianeka info kuliner di internet maupun You Tube. Apalagi sejak gaya hidup vegetarian semakin populer akhir-akhir ini maka hummus menjadi sumber protein alternatif dari tumbuhan yang banyak digemari dan disanjung.