Sejak gempa 6.1 skala Richter kemarin di Jakarta, hidup kami di kantor diwarnai rasa kekhawatiran yang cukup kental. Setiap hari karyawan membicarakannya entah itu di lift atau di meja kerja masing-masing. Rasa khawatir itu semakin bertambah ketika gempa susulan datang lagi keesokan harinya dan hari ini. Walau umumnya kami tidak merasakan getarannya karena hanya sekitar 5,1 skala Richter namun gempa susulan itu membuat kami susah move on. Bangunan perkantoran biasanya dirancang untuk bisa bertahan menghadang gempa hingga 8 skala Richter namun bayangan betapa kami dibuat kocar-kacir dengan kekuatan gempa yang jauh lebih rendah di hari Selasa kemarin tetap menakutkan.
Apalagi gempa yang terjadi sebanyak 3 kali dalam 4 hari ini selalu terjadi di siang hari, disaat jam istirahat kantor. Beberapa rekan bahkan bercanda tidak akan mendekam dikantor ketika waktu makan siang dan lebih memilih untuk berada diluar gedung. Kejadian kemarin memang masih baru dan segar dalam ingatan, jadi wajar-wajar saja kami masih dalam kondisi paranoia. Namun sebagaimana gempa-gempa yang pernah terjadi di Jakarta sebelumnya maka waktu akan mengaburkan kejadian tersebut dari ingatan. Kami semua akan kembali ke kondisi normal. Apapun yang terjadi, berserah diri pada Yang Kuasa adalah jalan yang terbaik dan berdoa semoga kejadian itu tidak terjadi lagi. Amin.
Apalagi gempa yang terjadi sebanyak 3 kali dalam 4 hari ini selalu terjadi di siang hari, disaat jam istirahat kantor. Beberapa rekan bahkan bercanda tidak akan mendekam dikantor ketika waktu makan siang dan lebih memilih untuk berada diluar gedung. Kejadian kemarin memang masih baru dan segar dalam ingatan, jadi wajar-wajar saja kami masih dalam kondisi paranoia. Namun sebagaimana gempa-gempa yang pernah terjadi di Jakarta sebelumnya maka waktu akan mengaburkan kejadian tersebut dari ingatan. Kami semua akan kembali ke kondisi normal. Apapun yang terjadi, berserah diri pada Yang Kuasa adalah jalan yang terbaik dan berdoa semoga kejadian itu tidak terjadi lagi. Amin.