Bulan Agustus, tapi kenapa tiba-tiba seakan mulai masuk ke musim penghujan ya? Bukankah harusnya bulan ini panas sedang gahar-gaharnya dan musim mangga pun tiba. Jika hujan seperti ini, bunga-bunga mangga yang ukurannya kecil dan sangat fragile itu akan rontok diterpa angin dan air hujan. Alamat tak ada lagi sale mangga murah di supermarket. Untungnya beberapa minggu kemarin, mangga gedong gincu favorit saya dijual murah di Lotte Mart, sekilonya hanya dua puluh ribu saja. Tapi tahun lalu, kala musim kemarau sangat panjang, mangga ini bahkan hanya lima belas ribu sekilo, dan benar-benar puas menyantapnya. Menurut saya gedong gincu yang bentuknya agak membulat dan tampilannya mirip mangga apel ini memiliki rasa yang paling lezat didunia, tidak melulu manis. Selain itu, aromanya sungguh menggugah selera.
Saya jadi teringat dulu ketika masih kuliah, teman satu kos saya bernama, Dewi, ayahnya adalah petani mangga di Indramayu. Mangga-mangga yang ditanam khusus gedong gincu dan kualitasnya ekspor. Ketika panen raya, mangga-mangganya akan disortir ketat dan dikirim ke Jepang. Saking begitu mantap kualitasnya, banyak peneliti Jepang yang kemudian datang ke kebun ayah Dewi ini. Konon kata Dewi, peneliti ini membawa aneka instrumen, bahkan mengajukan proposal hendak mengalunkan musik ke kebun, untuk melihat pengaruh musik pada produktivitas mangga. Ayah Dewi tidak mengijinkannya. Kata Dewi, bapaknya khawatir jika pohon mangganya ngambek dan tak berbuah sama sekali, bisa tak ada pemasukan dari mangga tahun itu.