Lebaran tahun ini sama seperti tahun lalu, sudah dua kali Lebaran dilalui dalam suasana Covid. Jika kondisinya masih seperti ini maka alamat tahun depan pun akan sama. Sungguh tersiksa! Momen Lebaran menurut saya yang paling merasuk jiwa adalah saat malam takbiran bergema dan pagi hari ketika seluruh anggota keluarga berkumpul dan tergesa-gesa berangkat ke lapangan untuk sholat Ied bersama. Momen tersebut kini tiada. Lebaran terasa seperti hari biasa. Semakin dewasa, memang saya rasakan kekhusyukan Lebaran tidak seperti ketika masih bocah. Ditambah kondisi pandemi, maka sama sekali tak ada rasa. Jika dalam kondisi normal semua anggota keluarga termasuk kakak di Batam akan datang ke Jakarta, maka kini hanya kami lalui dalam sepi. Memang saya akui, yang paling dinantikan seluruh keluarga muslim di Indonesia saat Lebaran adalah berkumpul dengan anggota keluarga. Tak heran walau dalam kondisi pendemi seperti ini dan larangan mudik dengan keras digaungkan pemerintah, masyarakat seakan tak peduli. Ribuan sepeda motor tetap melaju ke luar dari Jakarta menuju seluruh penjuru Jawa, mendobrak penghalang dan barikade. Saya tidak setuju dengan apa yang mereka lakukan tapi saya bisa mengerti mengapa mereka melakukan itu. Lebaran, setahun sekali, tahun depan apakah kita masih bisa bersua?
Klik untuk baca selanjutnya...