Rujak pindang, Warung Men Runtu, Sanur |
Rujak pindang Bali. Sudah lama saya penasaran dengan rasa makanan ini tapi semakin penasaran dan menggebu kala Mbak Fina, rekan kantor saya yang baru saja kembali dari Bali bulan lalu, mengirimkan foto rujak pindang yang dicobanya disalah satu resto disana. Ketika saya berkunjung ke Bali minggu lalu, makanan ini salah satu target utama kuliner yang harus dicoba. Saya sudah membuat list makanan lokal yang hendak dijajal selama stay di Bali, diantaranya adalah ayam betutu, sate lilit, dan rujak pindang, makanan diluar itu saya anggap sebagai bonus. Saya mencari infonya di Trip Advisor dan menemukan resto Warung Men Runtu, jalan Sekuta No.32 C, Sanur. Jaraknya cukup dekat dari hotel, bisa dijangkau dengan motor atau dengan taksi online hanya sekitar 25 ribu rupiah saja.
Rujak pindang Bali berupa irisan rujak buah-buahan seperti mangga mengkal, pepaya mengkal, jambu biji, jambu air, nanas dan bengkuang yang diguyur dengan kuah pindang ikan. Menurut Mbak Fina, cita rasanya sama sekali tidak amis. Saya percaya dengan teman saya ini, karena dia termasuk picky eater dan akan menolak mentah-mentah jika ada sedikit aroma atau rasa yang kuat pada makanan. Ketika makanan ini saya ajukan ke Lily, teman saya selama berlibur di Bali, dia agak sedikit skeptis dengan cita rasa makanan bernama rujak pindang. "Ah apa nggak amis itu Ndang, soalnya kan dia pakai kuah pindang dari rebusan ikan?" komentarnya ragu. Bagi saya si penyuka ikan dan seafood, sedikit rasa amis pada makanan berbahan dasar ikan masih bisa diterima oleh lidah, asalkan tidak keterlaluan. Menurut saya rasa kuah rujak pindang ini masih bisa diterima dengan indra pencecap.
Bulung boni kuah pindang |