Saya punya dua buah ember besar, masing-masing kapasitas 120 liter, dibeli setahun yang lalu. Saat itu idenya adalah untuk menampung air hujan. Swear, semangat cinta lingkungan saya memang sangat tinggi. Daripada air hujan terbuang sia-sia, mengucur dari talang ke selokan, lebih baik jika ditampung di ember. Ketika tidak hujan, atau saat kemarau, maka air di dalamnya bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman. Saya bahkan bercita-cita, kelak jika punya rumah mungil tapi dengan lahan besar, akan membuat instalasi penampungan air hujan khusus, sehingga semua air yang mengalir dari atap rumah tidak ada yang terbuang percuma.
Lain skenario, lain pula pelaksanaannya di lapangan. Ide penampungan air hujan itu ternyata hanya berlangsung sebentar. Berhubung karena kanopi poly-carbonate di belakang rumah jebol, dan air deras mengalir masuk ke teras, saya gunakan lah dua buah ember tersebut untuk menampung air hujan yang mengalir dari atap jebol tersebut. Keduanya kini telah penuh. Saya tabur butiran abate dan ember ditutup, hingga kini air didalamnya belum dimanfaatkan. Jarak teras belakang dengan halaman depan lumayan jauh, gempor juga harus mondar-mandor mengangkut air menggunakan ember saat menyiram tanaman. Dasar pemalas!